Fragmentasi | Puisi

Balikpapan, 2014

Terbuat 12/12/16, unexpectedly written. Karena suatu moment, akhirnya puisi ini seketika jadi.

Fragmentasi.

aku belajar bahwa waktu tidak akan pernah bisa terulang. meski aku menangis dan menjerit bahkan mengemis kepadanya. aku adalah satu-satunya orang yang bersalah, bukan siapa pun. aku tahu.

aku bisa menampar diriku sendiri tanpa kamu menamparnya. aku punya dua tangan yang kuat untuk diriku sendiri. tidak perlu repot-repot, aku bisa mengatasi diriku dalam keadaan seperti ini.

aku belajar bahwa kesempatan tidak akan bisa kuulang pada hari yang sama. terkadang kesehatanku tidak tahu diri. kamu tahu aku sudah cukup sering mengalah karenanya di hari-hari sebelumnya.

aku sangat lelah, sangat. dan sayang, aku minta, jangan bentak aku karena itu. aku sudah cukup dewasa tentang diriku. aku tahu kamu pun menyayangiku, aku lebih.

dan aku tahu kebodohanku, saat aku selalu meyakini diriku bisa, dan tubuhku sendiri yang menolak pernyataan itu. aku berpikir baik tentang dia, tapi mungkin ia tidak cukup baik untukku. tidak masalah, aku akan melatihnya sampai ia mati.

Leave a comment